Translate it

Senin, 25 Mei 2015


Penasaran gak sama layar yang dipakai sama Samsung Galaxy S6....
ini Mas Walid Share informasinya kakak...
selamat membaca....
http://images.detik.com/content/2015/05/25/317/s6gambar1_cover.jpg
Flagship device atau device yang dianggap sebagai device terunggul dari lini produk yang dikeluarkan sebuah brand, biasanya berusaha tampil serba “ter”, teknologi terkini, prosesor tercepat, OS terbaru, kamera terbaik dan seterusnya.

Banyak dari kita ingin memiliki device yang terbaik tentunya, tapi seringkali kita juga bingung dan kurang memahami, teknologi terbaik seperti apa sebenarnya yang diusung sebuah flagship.

Tahun ini, flagship dari Samsung, Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, banyak dipuji sebagai device yang mematok standar flagship lebih tinggi, baik dari segi teknologi, performa, dan desain, atau dikenal dengan istilah raise the bar.

Untuk memahami lebih jauh standar baru apa yang dimiliki flagship device Samsung tahun ini, kita coba bedah dari beberapa sisi lain yang mungkin jarang disadari banyak orang.

Advance Display

Salah satu bagian terpenting dari sebuah smartphone adalah layar, apalagi sebuah device flagship pasti dituntut memiliki standar layar yang baik. Selama ini kebanyakan orang hanya menduga baik atau tidaknya kualitas layar melalui angka resolusi, misalkan layar Full HD 1080 atau layar 2K (QuadHD). Kemudian apakah sudah IPS panel dan apakah sudah dilapisi Gorilla Glass.

Mungkin banyak orang juga sudah mendengar soal layar Super AMOLED, yang biasa diusung oleh device-device Samsung, tetapi kemungkinan tidak banyak yang mengerti apa kelebihan S-AMOLED dibanding tipe layar lain. Kebanyakan hanya bisa mengatakan warnanya lebih “jreng” atau pop up.

Layar Super AMOLED memang bertahun-tahun dikembangkan dengan serius oleh Samsung, dan flagship device dari Samsung senantiasa setia menggunakan layar type ini dari awal. Hasilnya sekarang, sudah dua device flagship Samsung diberikan penghargaan sebagai smartphone dengan layar terbaik oleh Dr. Raymond M. Soneira dari Displaymate.

Penghargaan pertama diberikan kepada Galaxy Note 4, yang kemudian disusul oleh Galaxy S6/S6 Edge, setelah melewati serangkaian testing terukur dan teruji dari Displaymate.

Mengapa layar smartphone semakin dituntut untuk memiliki layar sangat baik?

Data survei terakhir tahun lalu, memperlihatkan rata-rata setiap orang menyalakan smartphonenya 150 kali sehari, dan rata-rata menghabiskan waktu menatap layar smartphone 3,3 jam sehari. Data dari Google juga memberitahu bahwa banyak orang dalam kebiasaanya sehari-hari tidak bisa lepas dari menatap layar, mereka hanya berganti, pindah dari layar satu ke layar lain. Misalkan dari layar televisi, ke laptop, ke tablet dan ke smartphone. Apalagi pekerja kantoran sekarang yang sudah didukung teknologi informasi, menatap layar sudah menjadi bagian dari keseharian.

Semakin lama smartphone semakin bertambah fungsi dan bisa mengerjakan lebih banyak macam pekerjaan. Kalau sebelumnya fungsinya lebih terbatas, sekarang bahkan sudah mulai menggantikan PC dan juga banyak perangkat lain, seperti GPS, pengukur detak jantung, membaca koran, majalah, pemutar film, fotografi, music dan lain sebagainya.


Gambar 1.


Smartphone menjadi device yang ditatap orang kapan saja, dimana saja dan di berbagai kondisi dan aktifitas. Ditatap ketika sedang menunggu antrean, ketika di ruang makan, ketika di angkutan umum, di kamar mandi, bahkan menjelang tidur walau lampu kamar sudah dimatikan sekalipun.

Kondisi layar yang tidak baik membuat mata lebih cepat lelah. Layar yang sulit dibaca di bawah matahari atau terlalu silau ketika berada di ruangan temaram, membuat tidak nyaman dilihat. Selain itu, kini semakin banyak pekerjaan profesional dibenamkan disebuah smartphone yang menuntut layar tidak hanya semakin tinggi resolusinya, tetapi juga semakin bisa memberikan hasil yang mendekati asli. 

Misalnya untuk pekerjaan-pekerjaan desain, fotografi, seni, dlsb. Bahkan baru-baru ini para sineas pembuat film, protes dengan banyaknya orang beralih melihat film-film yang dibuat untuk bioskop ke layar kecil di smartphone dan tablet. Salah satu alasan mereka, usaha mereka dengan susah payah mengedit film untuk menghasilkan warna dan ambient yang mereka inginkan, tidak bisa dipenuhi oleh layar smartphone.

Mengapa Samsung sejak awal terlihat serius mengembangkan layar S-AMOLED, sementara banyak vendor lain lebih memilih LCD? Ternyata setelah tekun dikembangkan bertahun-tahun, sekarang layar S-AMOLED (Super Active Matrix Organic Light Emitting Diode) memiliki beberapa keunggulan, yang bisa jadi di masa depan akan menjadi tipe layar yang akan lebih banyak dipakai oleh smartphone.

Lebih jauh kita mencoba memahami teknologi layar S-AMOLED dari Samsung dengan mengacu kepada layar Galaxy S6/S6 Edge.

Sumber Cahaya

Layar S-AMOLED tidak membutuhkan backlight seperti LCD. Bayangkan seperti reklame-reklame billboard besar di pinggir jalan yang terlihat terang di waktu malam. Di balik gambar reklame, ada lampu-lampu neon ataupun LED yang menyala, menerangi gambar di depannya. Kira-kira gambaran kasar seperti itulah layar LCD bekerja, membutuhkan sumber cahaya penerang (backlight) dari belakang atau dari samping.

Sedangkan gambaran kasar bagaimana layar S-AMOLED bekerja, seperti TV raksasa LED videotron, yang sering ada di persimpangan-persimpangan jalan besar, dimana gambar dihasilkan dari rangkaian setiap lampu LED kecil yang menyala sesuai warna yang diperlukan membentuk rangkaian gambar.

Setiap pixel pada layar S-AMOLED bisa berpendar sendiri. Layar Galaxy S6 Edge memiliki 3,6 juta pixel lebih, yang berarti masing-masing pixel ini bisa menyala sendiri. Keuntungan bisa berpendar sendiri membuat bagian yang butuh tampil dalam warna hitam, pixel tersebut bisa dimatikan total, sama sekali tidak menyala. Dengan ini warna hitam (black) yang dihasilkan layar S-AMOLED bisa benar-benar true black, sedangkan pada layar LCD warna hitam akan berwarna keabuan karena diterangi backlight. Dengan kemampuan berpendar sendiri, layar S-AMOLED juga akan lebih hemat daya. 

Untuk memahaminya dengan lebih mudah, misalkan analoginya, antara layar LCD dan layar S-AMOLED adalah ruang tidur kita. Pada ruang tidur LCD, ada beberapa lampu di langit-langit dengan satu saklar yang hanya bisa menyalakan semua lampu, atau mematikan semua lampu. Misalkan pada ruangan tersebut, kita melakukan aktifitas membaca di atas tempat tidur. Semua lampu menyala. Kemudian kita berpindah ke meja kerja untuk menulis, semua lampu harus tetap menyala.

Pada ruang tidur S-AMOLED, setiap lampu diletakkan pada masing-masing tempat aktifitas dengan saklar sendiri-sendiri. Jika kita membaca di atas tempat tidur, cukup nyalakan lampu di atas tempat tidur. Jika kita sedang menulis di meja kerja, cukup nyalakan lampu diatas meja kerja, tanpa semua lampu harus menyala. Begitu kira-kira gambaran bagaimana cara menerangi layar yang berbeda di antara keduanya.

Keuntungan dari kemampuan untuk setiap pixel bisa berpendar sendiri dan mematikan bagian lain yang tidak perlu dinyalakan, dimanfaatkan dengan baik oleh Galaxy S6 edge pada fitur edge screen, untuk menampilkan informasi di bagian lengkung layar. Pada bagian lengkung ini, selain bisa diletakkan notifikasi dari beragam aplikasi, ada fungsi menarik yang menjadikan bagian edge layar lengkung ini sebagai night clock. Sesuai waktu yang kita tentukan, pada lengkungan tersebut akan menyala sebuah jam digital, sedangkan bagian lain dari layar mati. 

Fungsi ini dipilih dengan pemikiran banyak orang meletakkan smartphone di sisi tempat tidur, dan kebanyakan orang sudah menggantikan fungsi jam weker di sisi tempat tidur dengan smartphone. Dengan informasi jam yang bisa menyala terus, dengan mudah ketika terbangun kita bisa melihat jam berapa sekarang tanpa harus menyentuh smartphone. Pada Galaxy S6 edge dengan layar S-AMOLED, layar bisa dibagi untuk menyala hanya selebar 7mm pada bagian lengkung, sehingga kita tidak khawatir baterai akan cepat habis karena menyalakan layar terus menerus. Hanya bagian lengkung ini yang menyala dan sisa layar lainnya tidak membutuhkan daya listrik.


(Gambar 2)

Kemampuan S-AMOLED mematikan pixel untuk membuat warna hitam deep black, membuat contrast ratio (perbandingan rasio antara warna paling terang, putih dan warna tergelap, hitam) menjadi sangat besar, sekitar 100.000:1, yang sulit dikejar oleh LCD. Sebagai perbandingan, teknologi LCD quantum display yang baru, sekarang ini hanya mencapai contrast ratio 1500:1. Jadi rata-rata contrast ratio SAMOLED dibanding LCD bisa 70-100 kali lipat. Contrast ratio yang baik, membantu sudut pandang yang lebih jelas ke arah layar.


Dengan kemampuan pixel berpendar sendiri, di saat ruangan sangat gelap, layar sanggup menyala hanya 2 nits saja, sangat redup. Dengan kondisi ini, ketika kita masih ingin membaca smartphone di kamar tidur yang sudah gelap sekalipun, mata tidak menjadi sakit karena terlalu terangnya sinar. Kemampuan tampil seredup ini tidak bisa dicapai oleh LCD yang masih diterangi backlight.

Kualitas layar untuk bisa dianggap sebagai layar terbaik, harus memenuhi beberapa kriteria. Tidak bisa kita hanya bilang layarnya sudah memiliki resolusi QuadHD, sudah IPS, (Bahkan gorilla glass tidak ada hubungannya dengan kualitas gambar pada layar). Kriteria-kriteria ini yang dimiliki Galaxy S6 Edge, untuk bisa dianggap sebagai smartphone dengan layar terbaik:

Ketepatan Tampilan Warna

Mengapa jika kita lihat bersebelahan antara dua device yang berbeda merek dan menampilkan gambar yang sama, acapkali gambar tersebut terlihat berbeda? Ini disebabkan karena setiap layar memiliki setting color gamut yang berbeda. 

Color gamut sendiri adalah kurva warna dasar RGB, Red Green Blue, dimana warna-warna lain adalah campuran dari ke tiga warna tersebut, dengan warna putih sebagai pusatnya. Color gamut sendiri merupakan lingkup deretan warna yang bisa dilihat atau ditangkap oleh mata kita, tetapi tidak semua deretan warna tersebut bisa dihasilkan oleh layar. 

Misalkan dari satu warna saja, sebuah bunga berwarna merah, merah ini bisa banyak sekali variannya, dan apa yang dilihat mata kita dengan apa yang ditampilkan di atas layar bisa jadi berbeda. Perbedaan ini dimungkinkan karena warna merah bunga tersebut tidak ada didalam cakupan warna merah yang dimiliki layar, sehingga akan di convert ke warna terdekat yang bisa dihasilkan layar. Ketidaksamaan ini bisa disebabkan juga karena kalibrasi warna layar tidak tepat.

Warna yang bisa dicakup oleh LCD lebih terbatas, cakupannya rata-rata hanya 70% dari standar sRGB, ditandai dengan area sebuah segitiga cakupan didalam spektrum warna color gamut. Jika ada gambar memiliki warna diluar 70% segitiga sRGB tersebut, maka warna tersebut akan ditampilkan ke warna terdekat.

(Gambar 3)

S-AMOLED memiliki standar warna yang lebih luas dengan standar warna yang lebih baru Adobe RGB. Segitiga cakupan adobe RGB ini 17% lebih luas dibanding segitiga sRGB. Dengan kemampuan warna yang lebih luas ini, foto-foto dan film yang dihasilkan oleh kamera kelas atas yang memiliki standar adobe RGB, akan bisa ditampilkan lebih tepat warnanya di layar SAMOLED. Layar SAMOLED sanggup menampilkan 100% cakupan segitiga standar adobe RGB.

Untuk mendapat ketepatan warna, bukan berarti hanya range segitiga RGB-nya saja yang harus besar, tetapi ada acuan titik kalibrasi warna yang harus ditepati sesuai standard yang sudah ditetapkan adobe RGB atau sRGB. Titik-titik warna-warna patokan harus sesuai dengan warna yang dihasilkan layar SAMOLED. Layar Galaxy S6 edge memiliki kalibrasi yang hampir sempurna pada patokan ini, dikenal dengan absolute color accuracy.


Gambar 4.



*) Penulis, Lucky Sebastian merupakan sesepuh komunitas Gadtorade. Pria yang tinggal di Bandung ini sejatinya adalah seorang arsitek, tetapi antusiasme yang tinggi akan gadget justru semakin membawa Lucky untuk menjadi gadget enthusiast.


tags : ini dia apakah apasih bagaimana seperti apa apa itu ini dia Rahasia di Balik Layar 'Ngejreng' Galaxy S6 yang terbaru paling baru terbaik paling baik terlengkap paling lengkap dan paling lengkap.

0 komentar:

Semoga Blog sederhana saya ini bisa berguna bagi pembaca semua...

Adf.ly

hanya berbagi yang saya dapatkan dan cari. Diberdayakan oleh Blogger.

Update